Sejarah Ringkas Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia

A.    Pendahuluan
Pondok Pesantren Diniyyah Pasia yang selanjutnya disingkat dengan PPMD Pasia adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang terletak di kenagarian Pasia, kecamatan Ampek Angkek, kabupaten Agam, propinsi Sumatera Barat. PPMD pada awalnya bernama Madrasah Diniyyah Pasia yang didirikan pada tanggal 11 oktober 1928.
PPMD Pasia saat ini termasuk salah satu lembaga pendidikan Islam terkemuka di Sumatera Barat, hal ini tampak dari tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka di PPMD Pasia, prestasi akademis yang dicapai, dan kunjungan – kunjungan pejabat pemerintah setingkat mentri, serta kunjungan tamu dari Negara jiran Malaysia.
Santri – santri PPMD Pasia pada tahun ajaran 2010-2011 berjumlah lebih kurang 550 orang yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera selatan. Tidak kurang dari 250 orang calon santri mengikuti ujian masuk setiap tahunnya, akan tetapi tidak semua bisa diterima karena keterbatasan sarana prasarana pendukung.
Tenaga pendidik dan kependidikan PPMD Pasia berjumlah 64 orang, 20 orang dari mereka berdomisili di rumah-rumah dinas yang tersedia di dalam kampus. Guru-guru yang berdomisili di dalam kampus berfungsi sebagai pembimbing santri di asrama dan sebagai pengasuh santri di dalam berorganisasi. Sebagian guru – guru yang berdomisili di kampus merupakan alumni dari Pondok Modern Gontor dan sebagian lainnya adalah alumni dari PPMD Pasia.
Kurikulum PPMD Pasia adalah perpaduan dari kurikulum Pondok Modern Gontor dan kurikulum madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah. Pengajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris mendapat perhatian penuh dan dilaksanakan sebagaimana di Pondok Modern Gontor. Latihan berpidato dalam bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia dilaksanan setiap hari kamis  dan sabtu. Semua santri dan santriwati bertempat tinggal di dalam kampus masing-masing yang terpisah cukup jauh.
Sarana prasarana pendukung proses pendidikan di PPMD Pasia sudah cukup memadai. Kampus PPMD terdiri dari kampus putra dan kampus putri. Setiap kampus memiliki asrama tiga lantai yang mampu menampung 250 orang santri, masjid, ruang makan, ruang belajar yang cukup repsentatif, dan laboratorium IPA , laboratorium bahasa, dan laboratorium komputer.
Pemimpin PPMD Pasia sekarang adalah Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc. Beliau adalah alumni Pondok Modern Gontor, IAIN Syarif Hidayatullah, dan international call colloge Tripoli, Libia.
Makalah ini selanjutnya akan mencoba menggambarkan sejarah perkembangan PPMD Pasia sejak pertama kali didirikan sampai saat ini. Sejarah perkembangan PPMD Pasia meliputi masa perintisan dan perkembangannya pada zaman penjajahan Belanda, masa-masa sulit zaman penjajahan Jepang, dan berdirinya PPMD Pasia.

B.    Masa perintisan pada zaman penjajahan Belanda.
Sumatera Barat pada awal abad ke 20 dipenuhi oleh semangat kemajuan dalam arti modernisasi pemikiran. Salah satu bentuk modernisasi yang dilakukan oleh para ulama adalah dengan mendirikan lembaga – lembaga pendidikan Islam yang dikelola secara modern.
Pada tahun 1909, Syeikh Abdullah Ahmad mendirikan Adabiyah School Padang, sebuah sekolah modern yang terinspirasi dari Iqbal school singapura. Kemudian berdiri Sumatera Thawalib di Padang Panjang dan Parabek.
Kehadiran lembaga pendidikan Islam yang modern di Padang dan Padang Panjang mendorong H. Muhammad Nur Isa, murid dari syekh Muhammad Cangkiang, cucu seorang ulama paderi terkenal, tuangku nan tuo di Koto Tuo, ampek angkek, untuk mendirikan sebuah madrasah yang beliau namakan Madrasah Diniyyah Pasia.
Madrasah Diniyyah Pasia yang berdiri pada tanggal 11 oktober 1928 ini memakai sistem klasikal dengan kurikulum yang sudah cukup modern, tidak membedakan antara pelajaran umum dan pelajaran agama. Pelajaran bahasa asing selain bahasa Arab sudah mulai diajarkan , murid- murid dilatih berpidato sekali dalam seminggu.
Program pendidikan Madrasah Diniyyah Pasia ditempuh selama delapan tahun, diawali dari kelas I-A, I-B, kemudian kelas II, III, IV, V, VI, dan kelas VII, sebagai kelas akhir. Siswa kelas akhir diwajibkan mengikuti ujian akhir yang pengujinya berasal dari kalangan ulama terkemuka pada waktu itu.
Murid-murid laki-laki dan murid-murid perempuan berada dalam satu kelas, tapi tidak bisa saling memandang karena dibatasi hijab dari kain. Murid murid tidak tinggal di asrama, tapi tinggal di rumah masing-masing dan berjalan kaki ke sekolah. Murid-murid libur setiap hari sabtu , karena  hari sabtu adalah hari pasar di kota Bukittinggi dan guru- guru sebagian besar berdagang pada hari sabtu, demikian pula dengan murid-murid.
Proses pendidikan di Madrasah Diniyyah Pasia pada zaman penjajahan Belanda berjalan dengan baik, murid- murid berdatangan dari kampung-kampung sekitar nagari Pasia. Tingginya minat orang-orang kampung untuk sekolah, mamaksa Madrasah Diniyyah Pasia untuk mengadakan pelajaran pagi dan pelajaran sore. Keadaan ini berlangsung sampai datangnya zaman penjajahan Jepang.
C.    Masa-masa sulit pada zaman penjajahan Jepang.
Zaman penjajahan Jepang adalah masa yang penuh kesulitan dan penderitaan, Madrasah Diniyyah menghadapi kesulitan keuangan untuk operasional sekolah. Murid-murid tidak sanggup membayar iuran sekolah, sehingga honor guru tidak bisa dibayarkan. Pemberlakuan  kerja paksa ( Romusa ) untuk kepentingan penjajah semakin mempersulit keadaan.
Pengurus sekolah terpaksa menutup sementara proses pendidikan. Namun hal ini tidak berjalan lama, lebih kurang hanya sepuluh hari. Simpatisan Madrasah Diniyyah dan para alumninya mengadakan musyawarah untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh Madrasah Diniyyah. Musyawarah ini berhasil mencarikan jalan keluar dari permasalahan finansial yang sedang dihadapi Madrasah Diniyyah. Para alumni dan simpatisan Madrasah Diniyyah sepakat untuk menggalang dana bersama untuk menjaga kelangsungan Madrasah Diniyyah.
D.    Berdirinya Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia .
Kondisi lembaga-lembaga pendidikan Islam di Sumatera barat pada akhir tahun 1980-an bagaikan kerakap di atas batu, hidup segan,  mati tak mau. Keharusan mengadopsi kurikulum yang ditetapkan pemerintah menimbulkan dampak yang serius terhadap eksistensi lembaga-lembaga pendidikan Islam di Sumatera Barat. Penurunan kualitas alumni terutama dalam penguasaan ilmu-ilmu keislaman berdampak pada penurunan minat masyarakat untuk memasuki sekolah Islam. Di sisi lain ketidakmampuan menguasai ilmu-ilmu umum menjadikan lembaga-lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga pendidikan kelas dua.
Madrasah Diniyyah, sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang dikelola oleh masyarakat juga menghadapi permasalahan yang sama. Jumlah murid menurun drastis dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990, jumlah murid tinggal belasan orang, guru-guru mulai berpindah ke sekolah lain atau menjadi pegawai negeri. Keadaan ini sangat memprihatinkan para simpatisan dan alumni madrasah diniyyah Pasia.
Pada tanggal 18 september 1991, para alumni dan simpatisan madrasah diniyyah berkumpul untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh madrasah diniyyah. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk membentuk yayasan pengembangan diniyyah, sebagai badan hukum yang bertindak sebagai badan penyelenggara dari lembaga pendidikan yang diberi nama Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia disingkat PPMD Pasia.
Semenjak didirikan pada tanggal 18 september 1991, PPMD Pasia terus mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang. Bermula dari 30 orang santri pada pada tahun awal, sekarang santri PPMD telah berjumlah 550-an santri. Minat masyarakat sangat tinggi untuk masuk pesantren, setiap tahun, ratusan calon santri datang dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Tidak semua yang mendaftar bisa diterima karena keterbatasan tenaga dan sarana pendidikan.
PPMD Pasia semenjak didirikan, dipimpin oleh Drs. H. Nawazir Muchtar, Lc. Penutup
Demikianlah sekilas sejarah berdirinya PPMD Pasia dan perkembangannya, semoga catatan sejarah yang ada ini bisa dipakai sebagai kaca perbandingan dalam upaya meningkatkan kualitas lembaga-lembaga pendidikan Islam di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
PMD,  80 Tahun Perguruan Diniyyah Pasia, Bukittinggi, PPMD, 2008
Hamka, Islam dan Adat Minangkabau, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1984
Hamka, Ayahku, Jakarta, Umminda, 1982

Tinggalkan komentar